12.26.2010

Sanitasi dan Pupuk kandungan Unsur Hara Lengkap, Hindarkan Resiko Penyakit Tanaman Kayu

Jabon (Anthocephalus cadamba) dan banyak tanaman penghasil kayu lainnya (sengon/albasia, jati dan tanaman kayu keras lainnya) tumbuh pada tanah alluvial lembab di pinggir sungai, dan di daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering, yang kadang-kadang digenangi air. Selain itu, dapat juga tumbuh dengan baik pada tanah liat, tanah lempung, podsolik coklat, tanah tuf halus atau tanah lempung berbatu yang tidak sarang. Jenis ini memerlukan iklim basah hingga kemarau kering di dalam hutan gugur daun dengan tipe curah hujan A dan D, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl ( dari permukaan laut).

 Usaha budidaya kayu jabon (Anthocephalus cadamba) dan kayu  keras lainnya kini banyak dilakukan bagi pemenuhan penyediaan kayu, tanpa lagi harus menebang hutan. Tanaman kayu, seperti umumnya tanaman asal habitat tumbuhnya, memerlukan kandungan humus maupun pupuk organik kompos. Khususnya saat pembibitan dan  pada media tanam, biji perlu masukan humus (organik) cukup dan demikian saat tahun pertama di kebun, keperluan dosis pupuk tablet Gramalet khusus HTI, hanya 30 gram/ ph/ tahun. Material organik bisa dipenuhi oleh hasil olahan sendiri sementara unsur hara kandungan lengkap bisa diperoleh dari pupuk sintetis, salah satunya tablet Gramalet formula tanaman HTI/Kayu. Itulah yang dibahas Sonson Garsoni,  dalam pertemuan bisnis 'Kayu Jabon dan Pengembangan Organik' di Kadin Prov Riau di Pekanbaru ( 28 Juni), guna membuka cakrawala peluang usaha berbasis pelestarian lingkungan.

Menurut banyak peserta pertemuan bisnis, kayu jabon (Anthocephalus cadamba) dianggap lebih bagus daripada kayu lainnya. Tekstur lebih halus, bentuknya silinder lurus, berwarna putih kekuningan dan tidak berserat, batang mudah dikupas, lebih mudah dikeringkan atapun direkatkan dan tidak cacat. Arah serat terpadu, permukaan kayu mengkilap, kayu jabon juga sudah terbukti keawetannya atau daya tahannya. Kayu jabon menarik karena pasar pembelinya luas antara lain sebagai bahan baku industri kayu lapis, industri mebel, pulp, mainan anak-anak, peti buah, alas sepatu, korek api, tripleks, mebel, bahan bangunan non konstruksi. Kayu jabon juga mudah dibuat vinir dengan sudut kupas 920 ketebalan 1,5 mm. 

Kayu jabon, sebenarnya juga tanaman kayu lain (sengon/albasia) diprediksi memiliki prospek yang sama-sama menguntungkan. Sayangnya, sengon (Paraserianthes falcataria), akhir-akhir ini tersudutkan oleh seringnya mengalami serangan penyakit, karat puru. Penyebab penyakit karat puru pada tanaman sengon laut, yaitu jamur karat (Uromycladium tepperianum (Sace.) McAlp.).  Jamur ini bisa berkembang biak hanya  dari 1 inang saja, yaitu tanaman sengon laut dalam seluruh siklus hidupnya. Penyakit ini ditunjukan oleh munculnya bintil-bintil kecil di salah satu cabang atau ranting. Serangan penyakit ini sangat mematikan, kalau sudah ada gejala itu, maka potong segera cabang itu, kemudian kuburlah, agar dengan itu tidak menyebar. Di beberapa kesempatan, banyak rekomendasi pemberantasan karat puru ini, salah satunya dalam radiun 100 m2 penyemprotan tanaman sengon dengan campuran kapur dan garam (NaCl) dengan perbandingan 10:1.  Kalau pohonnya masih kecil, semprot saja semua batang dan daun sengon itu. Kalau pohonnya sudah terlanjur besar, maka laburlah (dicat) batangnya dan semprot daunnya. Lakukan dua minggu sekali selama 3 bulan untuk meredam penyakit ganas ini. Karat Puru sifat menularnya begitu cepat. bisa melalui angin, tangan maupun serangga. Kalau dibiarkan akan menjadi wabah yang ganas, makanya karat puru mesti segera ditangkal sejak baru muncul gejalanya.

Kiat pemberantasan penyakit karat puru dengan penyemprotan, oleh beberapa kalangan, justru dianggap tidak masuk akal, melawan jamur yang berada tersebar dan pada ketinggian diluar jangkauan larutan garam dan kapur.  Namun, beberapa pengalaman petani lain, yang layak dijadikan referensi, guna mencegah dan mengatasi penyakit karat puru tersebut, sejak mulai budidaya, adalah :

1. Lakukan sanitasi kebun dengan cara membuang gulma-gulma liar, memangkas pohon yang sudah tidak bernilai ekonomis sehingga, tidak bersaing dalam perolehan hara maupun cahaya matahari. Diketahui, cahaya matahari dengan intensitas tinggi, penting dalam “mematikan” jamur.  Guna memperoleh intensitas matahari juga, perhatikan jarak tanam jangan terlalu rapat atau lakukan pemangkasan dahan ranting yang tidak perlu.

2.  Pada saat pembuatan lubang tanam, umumnya berukuran (60x60x60) cm, beri pupuk kandungan lengkap (NPK, Magnecium, Ca dan belerang (sulfur), pada komposisi secara berimbang bagi keperluan genetis tanaman kayu. Pada lobang dapat ditambah pupuk kandang atau kompos sekitar 10-20 kg dan semprot dengan mikroorganisme penyubur tanah, seperti aktivator bakteri (Green Phoskko compost aktivator).  Kemudian, diamkan sekitar 1 bulan, sehingga pupuk siap diserap akar sengon nantinya.  Tanaman sengon dengan cukup nutrisi/ hara akan tumbuh sehat dan relatif tahan terhadap penyakit.

3. Tanam bibit sengon, yang sehat, pada lubang tersebut kemudian timbun dengan tanah. Waktu tanam yang baik, di kala masih banyak hujan.  Ada baiknya, sebelum ditanam, bibit disemprot dulu dengan fungisida sistemik untuk pencegahan penyakit.

Rekomendasi diatas kini banyak dilakukan para petani sengon di Ciamis, Tasikmalaya, Cilacap, Boyolali dan banyak daerah pertanaman sengon lainnya dengan hasil menggembirakan. Tanaman, dengan masukan hara lengkap (Nitrogen, Posfor, Kalium, Magnecium, Calcium, Sulfur) dan unsur mikro ( Fe, Zn, Mn, B, Bo, Cl), akan memiliki vigor yang kuat dan berkemampuan menangkal penyakit. Terlebih bentuk tablet, dengan dibenamkan pada 15 hingga 20 cm, ditepi tajuk (canopy), sangat cocok bagi lokasi tanam bagi tanaman kayu, yang umumnya berada di lahan miring. Penguapan dan pencucian oleh air permukaan terhindarkan, unsur hara dalam pupuk dapat diserap sepenuhnya oleh mulut akar tanaman.

Demikian juga halnya sanitasi kebun. Kerimbunan daun tanaman kayu, di habitat lembab, memungkinkan berbiaknya mikroba patogen. Kewaspadaan dalam aplikasi pupuk kandang dan kompos, yang matang dan bebas dari kandungan mikroba patogen, sangat penting. Upaya penangkalan perkembangan jamur juga dilakukan dengan penyiraman mikroba sahabat manusia (saprofit) seperti aktivator kompos. Sanitasi kebun dan kandungan hara lengkap dari pupuk, diharapkan mampu hindarkan resiko penyakit tanaman kayu yang sangat merugikan.  

Pada kondisi bebas dari serangan penyakit, kedua jenis tanaman kayu ini sama-sama memberikan prospek pendapatan yang tinggi.  Jika 1 pohon ( usia 5 th)= 1 m3, dan kini berharga Rp 1,2 jt, maka proyeksi pendapatan dari penjualan tanaman kayu/ Ha = 500 pohon/ Ha ( jarak tanam 5 x 4) x Rp 1,2 juta, setara 600 jt. Padahal, biaya/ Ha berupa bibit Rp 5000/ ph + biaya perawatan 1 th ke I sekitar Rp 1,3 jt, tidak terbayangkan jika invetasi ratusan Ha. Disamping keuntungan ekonomi, penanaman jabon dan aneka kayu keras lainnya, dari setiap Ha nya sekaligus juga mampu menyumbang oksigen bagi kebutuhan 1000 manusia lain di bumi. Diketahui, 1 pohon memberi oksigen bagi 2 orang manusia. Sungguh, suatu usaha pertanian yang menarik, sekaligus ikut berperanan dalam mengurangi efek rumah kaca dan pemanasan global*)

JenisPembibitan Tanaman belumTanaman
TanamanMenghasilkanMenghasilkan


 ( per tablet @ 10 gram)( per tablet @ 10 gram)
Teh1 2 - 42 - 4
Tanaman HTI1 - 2 2 - 910 - 14
Kakao4 - 66 - 1215 - 30
Tebu4 - 61 tablet/30 cm
Nanas2 - 46 - 1210 - 25
Apel2 - 46 - 1210 - 25
Pisang4 - 66 - 1010 - 14
Rosella2 - 34 - 66 - 8
Kopi4 - 66 - 1220 - 26
Mangga2 - 410 - 1220 - 50
Alpokat2 - 410 - 1020 - 50
Salak2 - 46 - 1215 - 30
Anggur3 - 56 - 1212 - 16
Jeruk4 - 66 - 1220 - 50
Panili4 - 66 - 1220 - 30
Pala4 - 66 - 1220 - 30
Pepaya4 - 66 - 1220 - 30
Rambutan4 - 66 - 1220 - 70
Lada4 - 66 - 1220 - 30
Durian2 – 410 - 1520 - 50
Jambu2 - 66 - 1220 - 50