12.04.2010

Kombinasi Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik dalam Memupuk Kebun Sawit,

Permintaan dan harga CPO (Crude Palm Oil) salah satunya seiring dengan meningkatnya harga minyak mentah, menjadikan CPO pilihan untuk bahan baku pembuatan bio energi ( bio ethanol), disamping adanya permintaan konvensional untuk produk turunan ( derivatif) lainnya ( sabun, kosmetik, minyak goreng). Dengan demikian, peluang peningkatan produksi melalui perluasan kebun, peningkatan produktivitas dan peningkatan industri pengolahan kelapa sawit (PKS) masih prospektif untuk memenuhi pasar dalam dan luar negeri. 

Diketahui, kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dpl (dari permukaan laut) dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau, atau memiliki drainase kebun yang bagus. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit, ketika musim kering panjang dan tidak memiliki cadangan air, produksi tandan buah (TBS) bisa turun secara nyata atau petani menyebutnya sebagai keadaan trek 
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kebun sawit secara berkelanjutan adalah meningkatkan produksi melalui pemupukan kombinasi pupuk majemuk  tablet (anorganik) disertai memperbaiki kondisi lahan dengan pemberian pupuk organik kompos, atau dengan cara pemupukan terpadu. Penggunaan pupuk organik akan berdampak tidak saja dapat meningkatkan kadar hara tanah dan produktivitas tanaman, juga mengendalikan serangan nematode parasit, memberikan tanah kemampuan menyimpan air saat intensitas hujan tinggi dan menggunakannya saat musim kering, serta menumbuhkan mikrobial organisme di sekitar perakaran yang umumnya sudah mengeras akibat penggunaan pupuk kimia ditabur di sekitar piringan dalam waktu lama. 

Pupuk organik kompos dapat dibuat sendiri dari bahan berupa limbah pertanian ( sisa sisa tanaman), limbah peternakan, limbah tandan kosong (tangkos) maupun limbah industri pertanian.lainnya Aplikasi organik kompos dengan dimasukkan kedalam parit ( rorak), berukuran ( 100x40x40 cm) pada jarak 2-3 m dari pokok tanaman atau di pasar mati kebun sawit. Kompos akan membantu kodisi lahan yang disukai tanaman sawit antara lain banyak mengandung humus, berdrainase baik dan mampu menyimpan air serta mengeluarkannya saat musim kering (permeable). Penggunaan cara pemupukan terpadu ( penggabungan pupuk organik dan anorganik) akan menaikan produktivitasnya yang kini di kebun petani umumnya  pada kisaran  15 ton TBS / ha/ thn guna mencapai potensi hasil sesuai genetisnya diatas 25 ton TBS/ ha/ thn. 
Meningkatnya permintaan pupuk organik kompos dari Sumatera, wilayah sentra perkebunan sawit, setelah melakukan uji coba pemanfaatan pupuk kompos di perkebunan sawit di  Lintas Timur Riau, menunjukan pada uji coba tersebut berhasil meningkatkan tangkapan air dan selanjutnya meningkatkan produksi sawit di saat kebun sawit alami defisit air.  Uji coba dilakukan pada tahun lalu di lahan perkebunan sawit di Lintas Timur Pekanbaru seluas seratusan hektar.   Tanpa perbaikan struktur tanah, saat beberapa bulan setelah  memasuki musim kering (kemarau), produktivitas kebun sawit umumya turun hingga tujuh puluh persen. Hal itu karena pohon sawit membutuhkan banyak air, sementara cadangan air tanpa asupan kompos di kebun mengalami defisit setelah beberapa bulan musim kering. Setiap harinya kurang lebih membutuhkan lima belas liter air per pohon per hari, sementara musim kemarau bisa berlangsung selama tiga bulan.


Berbeda dengan kebun sawit yang menggunakan kompos, disamping pupuk tablet yang dibenamkan , hasilnya saat musim kemarau tiba, penurunan produksi bisa ditekan dari tujuh puluh persen menjadi tinggal dua puluh persen saja. Jika menuhi kebutuhan kompos perkebunan dari sumber produksi kompos ( kini banyak terdapat di pulau Jawa), dinilai memakan biaya tinggi. Jalan keluarnya,  petani dan pekebun sawit membuat sendiri komposnya, dengan teknologi mesin yang  mampu mengolah material organik secara cepat, higienis dan efisien, misalnya penggunaan Rotary Kiln.